Kayak Power ranger aja (berubah) #gubrak
Sebelumnya , dengan permohonan maaf kepada para calon pembaca (ciieee guee) saya menulis posting ini, sebenarnya bukan bermaksud untuk mengajarkan kepada anda-khususnya yang memiliki sahabat-agar menjadi su`udzon, tapi adalah mencermati hal hal yang telah terjadi pada kehidupan persahabatan (yah khususnya buat persahabatan yang nggak didasari sama keimanan. Itu loh maksudnya)
Kembali kepada judul, kapankah seorang teman menjadi musuh? Pertanyaan yang ironis memang, tapi memang kenyataan nya itu sering terjadi. Ada apa gerangan? Mari kita jawab satu persatu pertanyaanya.
Disini (yah dimana lagi), saya menjawab, bahwa seorang teman berubah menjadi musuh ketika kita sudah kehilangan apa yang telah kita milki sebelumnya, itu bisa berupa apa saja, jabatan, materi atau apa saja yang dianggap suatu kelebihan. Mereka akan meminta lebih tanpa memikirkan kondisi mungkin atau tidaknya.
Jika begitu, maka persahabatan yang dilalui itu berdasarkan dari ketamakan diri masing masing. Akibatnya ketika jika yang dia inginkan itu telah sirna, maka sirnalah pula kesungguhan dalam berteman. Dan alasan alasan (yang sebenarnya klise) selalu memilki sisi. Mereka berteman dengan selalu mengharap (lebih banyak) manfaat.
Terkadang jika anda berpikir (kalau berpikir yeee hahah) bahwa musuh yang berakal akan lebih baik teman yang bodoh, anda tidak bisa menelan pemikiran seperti itu mentah mentah, mesti diolah, berikut penjelasnnya.:
Teman yang bodoh, tanpa disadari mendatangkan mudharat kepada kita tentunya tanpa mereka sadari. Padahal sesungguhnya mereka berteman kepada kita tulus dan apa adanya. Mereka hanya perlu sedikit polesan untuk melakukan tindakan yang dewasa, sehingga ketulusannya bermanfaat bagi jalinan persahabatan
Yang perlu diperhatikan, teman yang bodoh itu mempunyai niat yang baik terhadap temannya. Hanya saja, dia membutuhkan sentuhan sentuhan dan keahlian untuk memahami hal itu agar persahabatannya lebih berbobot. Kebaikan persahabatan itu ternyata tidak cukup hanya ditentukan oleh emosi dan loyalitas.
Sedangkan Musuh yang berakal- meski akalnya merupakan penyebab permusuhan-dengan akalnya dia naik ke tingkat yang lebih tinggi. Dia akan mejauhi hal hal yang pada hakikatnya akan mencelakakan musuhnya, Dia tidak mau merugikan musuhnya, sebelum mengkaji lebih jauh.
Disini terlihat, bahwa musuh itu akan melakukan sesuatu perilaku terhadap musuhnya, tapi dengan perbuatan yang dianggap baik, sehingga berbalik lagi pada hak dan keadilan.
Yang perlu dicermati. Musuh yang berakal tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakan kecuali dalam rangka membela diri. Begitu juga dalam rangka menolak mudarat dari orang lain, dia akan melakukan tindakan yang bijaksana.
Disinilah, sebenarnya letak keutamaan musuh yang berakal dari pada teman yang bodoh.
Kembali lagi pada temanya adalah teman yang menjadi musuh, ketika dalam keadaan kita yang berbalik, berbalik pula pengaharapan dia pada kita. Keadaannya bukan keadaan yang ganjil. Maka carilah teman yang sejati duka maupun suka, tapi menemukan orang seperti itu seperti menemukan binatang langka.
Sikap mau berbagi merupakan pilar utama persahabatan. Sakit yang dirasakan pula sebagai sakit dirinya. Ancaman yang tertuju padanya dianggap ancaman juga pada dirinya. Itu adalah persahabatan mulia
0 komentar:
Posting Komentar